malam pemirsa dumai,,:)
Orang bilang ini pribahasa Arab. Whatever! Yang jelas, kalimat ini sangat keren. “Susah menyembunyikan cinta, lebih susah lagi menyembunyikan kebencian. Dan yang paling susah menyembunyikan cemburu, karena cemburu itu adalah cinta dan kebencian sekaligus.”
Wajarlah cemburu gak bisa secara tegas, digolongkan negatif atau positif. Namanya juga cinta dan benci sekaligus.
BANYAK yang setuju, cemburu itu tanda cinta.tp kataku “He thatis not jealous is not in love“. Orang hebat lainnya, cemburu adalah buah cinta. Tetapi cinta kepada diri sendiri. Cinta bisa ada tanpa kecemburuan, walaupun itu jarang. Kecemburuan bisa ada tanpa cinta, dan itu umum. “Jealousy is always born with love, but does not always die with it,” katanya seh bgtoo smile plsss
Okelah kalau begitu. Orang-orang pintar itu, silakan ngomong yang ideal-ideal. Bahwa cinta tak harus memiliki. Bahwa cinta adalah percaya, dan takselayaknya ada cemburu, dst. Karena saya bukan orang pintar, apalagi dukun, pemahaman dan penghayatan saya soal cinta, masih pada tahap pemula, seperti orang kebanyakan, yang percaya bahwa cinta pasti menimbulkan keinginan memiliki, sekaligus ketakutan akan kehilangan, dan oleh karenanya cemburu adalah efeknya yang niscaya alias sah-sah saja. Hayo yang setuju angkat kaki. He mrgreen he
Hanya saja… Karena kita memang sering dinasihatkan untuk tidak buru-buru “memutuskan” mencintai, dan lebih tidak buru-buru lagi ketika “memilih” untuk membenci, seyogyanyalah (atau semagelangnya, sesemarangnya, dan kota-kota lain di Jawa) hmmm.. Kalo bisa se jabar,se jateng atau se jatim gitu hohoho, kita juga jangan buru-buru cemburu. Ingat kata orang arab di atas: cemburu adalah cinta dan benci sekaligus. Cinta, benci, atau cemburu atas alasan yang salah, sepertinya sama berbahayanya.
Tapi cinta dan benci, dan tentunya cemburu, hasil sintesisnya itu, kan berasal dari hati? Masa' yang darihati bisa salah?
Yaps. Hati memang begitu bening, murni, suci, dst… Tapi hati, yang “tersimpan” di dalam kedirian kita itu, sering mendapat laporan yang salah, atau setidaknya kurang balance , dari mata, hidung, kuping, tangan, dan indera kita yang lainnya.
Hati seperti raja yang sesungguhnya bijak, tetapi jadi sering bingung, karena patih dan menterinya, belum lagi dayang dan selirnya, (emang raja bijak punya selir ya?) berebut membisikinya. Akibatnya, seperti juga sang raja, hati kita bisa mencinta, membenci, dan cemburu, atas alasan yang salah.
Tapi bahkan seorang raja dan ratu pun masih perlu berguru, agar jangan buru-buru cemburu. Hati bukanlah peluru, atau busur panah para pemburu. Semakin tak bergegas, semakin ia membekas. Hati-hati dengan sikap cemburu, bisa menyebabkan benci. Karena Cinta dan Benci Akan Selalu Bersama smile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar