Kamis, 12 Oktober 2017
ketika suaramu ada dikepalaku
Terhentak asaku saat kulihat untuk pertama kalinya drama dirimu.
Kita berjalan selaras dan sejajar tapi kamu tidak tahu aku yang ada di seberangmu.
Tak kunjung ku hentikan mata ini mengamati dirimu.
Kamu melangkah lamban dengan genangan rindu di matamu, rindu untuk dia, bukan aku. Beberapa kali bibir manismu mengucap, dari kejauhan aku hanya dapat menerka-nerka. Tapi aku yakin itu adalah sebuah
nama, ya,
pasti kamu sebut namanya.
Dia yang amat kamu rindukan, dia yang amat kamu cintai,
dia hasratmu selama ini, dan kamu jadikan aku pelampiasan akan dirinya.
Apa kamu pernah seperti ini sebelumnya untuk diriku?
Aku cemburu tapi apa pedulimu. Aku bingung apa yang harus aku tanggapi dengan semua kisah yang kamu berikan padaku.
Aku senang karena kamu masih membutuhkan aku.
Walau mungkin kamu terpaksa karena tidak ada lagi orang lain yang dapat mengerti dirimu sebaik diriku,
itu alasanmu.
Tetap saja aku senang karena aku menjadi pelabuhanmu saat kamu ingin menangis. Walau hatiku harus tersayat-sayat karena tangismu adalah untuk dia, bukan aku.
Apa yang bisa aku katakan sekarang dan mungkin hingga kisah ini berakhir adalah betapa aku mencintai kamu, aku sayang kamu,
bahuku akan selalu ada untukmu saat kamu merasa lelah saat kamu butuh berlabuh dan melepas rindu untuk dia yang kamu cintai.
Langganan:
Postingan (Atom)